Pengertian
Load balance pada adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada
dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat
berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap
dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.
Ada beberapa metode dalam menggunakan Load Balancing dan salah satunya adalah metode PCC.
Metode PCC (Per Connection Classifier) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.
Disini saya hanya mangambil salah metode dalam Load Balancing saja.
Berikut adalah cara menggunakan Load Balancing dengan metode PCC:
Konfigurasi Dasar
Berikut ini adalah Topologi Jaringan dan IP address yang akan kita gunakan
/ip address add address=192.168.101.2/30 interface=ether1 add address=192.168.102.2/30 interface=ether2 add address=10.10.10.1/24 interface=wlan2 /ip dns set allow-remote-requests=yes primary-dns=208.67.222.222 secondary-dns=208.67.220.220 |
Untuk
koneksi client, kita menggunakan koneksi wireless pada wlan2 dengan
range IP client 10.10.10.2 s/d 10.10.10.254 netmask 255.255.255.0,
dimana IP 10.10.10.1 yang dipasangkan pada wlan2 berfungsi sebagai
gateway dan dns server dari client. Jika anda menggunakan DNS dari salah
satu isp anda, maka akan ada tambahan mangle yang akan kami berikan
tanda tebal
Setelah pengkonfigurasian IP dan DNS sudah benar,
kita harus memasangkan default route ke masing-masing IP gateway ISP
kita agar router meneruskan semua trafik yang tidak terhubung padanya ke
gateway tersebut. Disini kita menggunakan fitur check-gateway berguna
jika salah satu gateway kita putus, maka koneksi akan dibelokkan ke
gateway lainnya.
/ip route add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 distance=1 check-gateway=ping add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 distance=2 check-gateway=ping |
Untuk pengaturan Access Point sehingga PC client dapat terhubung dengan wireless kita, kita menggunakan perintah
/interface wireless set wlan2 mode=ap-bridge band=2.4ghz-b/g ssid=Mikrotik disabled=no |
Agar
pc client dapat melakukan koneksi ke internet, kita juga harus merubah
IP privat client ke IP publik yang ada di interface publik kita yaitu
ether1 dan ether2.
/ip firewall nat add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether1 add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether2 |
Sampai
langkah ini, router dan pc client sudah dapat melakukan koneksi
internet. Lakukan ping baik dari router ataupun pc client ke internet.
Jika belum berhasil, cek sekali lagi konfigurasi anda.
Webproxy Internal
Pada
routerboard tertentu, seperti RB450G, RB433AH, RB433UAH, RB800 dan
RB1100 mempunyai expansion slot (USB, MicroSD, CompactFlash) untuk
storage tambahan. Pada contoh berikut, kita akan menggunakan usb
flashdisk yang dipasangkan pada slot USB. Untuk pertama kali pemasangan,
storage tambahan ini akan terbaca statusnya invalid di /system store.
Agar dapat digunakan sebagai media penyimpan cache, maka storage harus
diformat dahulu dan diaktifkan Nantinya kita tinggal mengaktifkan
webproxy dan set cache-on-disk=yes untuk menggunakan media storage kita.
Jangan lupa untuk membelokkan trafik HTTP (tcp port 80) kedalam
webproxy kita.
/store disk format-drive usb1
/store add disk=usb1 name=cache-usb type=web-proxy activate cache-usb
/ip proxy set cache-on-disk=yes enabled=yes max-cache-size=200000KiB port=8080
/ip firewall nat add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80 in-interface=wlan2 action=redirect to-ports=8080 |
Pengaturan ManglePada
loadbalancing kali ini kita akan menggunakan fitur yang disebut PCC
(Per Connection Classifier). Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik
koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan src-address, dst-address,
src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat-ingat jalur gateway
yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket
selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan
pada jalur gateway yang sama juga. Kelebihan dari PCC ini yang menjawab
banyaknya keluhan sering putusnya koneksi pada teknik loadbalancing
lainnya sebelum adanya PCC karena perpindahan gateway..
Sebelum
membuat mangle loadbalance, untuk mencegah terjadinya loop routing pada
trafik, maka semua trafik client yang menuju network yang terhubung
langsung dengan router, harus kita bypass dari loadbalancing. Kita bisa
membuat daftar IP yang masih dalam satu network router dan memasang
mangle pertama kali sebagai berikut
/ip firewall address-list add address=192.168.101.0/30 list=lokal add address=192.168.102.0/30 list=lokal add address=10.10.10.0/24 list=lokal
/ip firewall mangle add action=accept chain=prerouting dst-address-list=lokal in-interface=wlan2 comment=�trafik lokal� add action=accept chain=output dst-address-list=lokal |
Pada
kasus tertentu, trafik pertama bisa berasal dari Internet, seperti
penggunaan remote winbox atau telnet dari internet dan sebagainya, oleh
karena itu kita juga memerlukan mark-connection untuk menandai trafik
tersebut agar trafik baliknya juga bisa melewati interface dimana trafik
itu masuk
/ip firewall mangle add
action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark
in-interface=ether1 new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes
comment=�trafik dari isp1� add action=mark-connection
chain=prerouting connection-mark=no-mark in-interface=ether2
new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes comment=�trafik dari
isp2� |
Umumnya, sebuah ISP akan
membatasi akses DNS servernya dari IP yang hanya dikenalnya, jadi jika
anda menggunakan DNS dari salah satu ISP anda, anda harus menambahkan
mangle agar trafik DNS tersebut melalui gateway ISP yang bersangkutan
bukan melalui gateway ISP lainnya. Disini kami berikan mangle DNS ISP1
yang melalui gateway ISP1. Jika anda menggunakan publik DNS independent,
seperti opendns, anda tidak memerlukan mangle dibawah ini.
/ip firewall mangle add
action=mark-connection chain=output comment=dns
dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection-mark=dns
passthrough=yes protocol=tcp comment=�trafik DNS citra.net.id� add
action=mark-connection chain=output dst-address=202.65.112.21
dst-port=53 new-connection-mark=dns passthrough=yes protocol=udp add action=mark-routing chain=output connection-mark=dns new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no |
Karena
kita menggunakan webproxy pada router, maka trafik yang perlu kita
loadbalance ada 2 jenis. Yang pertama adalah trafik dari client menuju
internet (non HTTP), dan trafik dari webproxy menuju internet. Agar
lebih terstruktur dan mudah dalam pembacaannya, kita akan menggunakan
custom-chain sebagai berikut :
/ip firewall mangle add action=jump chain=prerouting comment=�lompat ke client-lb� connection-mark=no-mark in-interface=wlan2 jump-target=client-lb add action=jump chain=output comment=�lompat ke lb-proxy� connection-mark=no-mark out-interface=!wlan2 jump-target=lb-proxy |
Pada
mangle diatas, untuk trafik loadbalance client pastikan parameter
in-interface adalah interface yang terhubung dengan client, dan untuk
trafik loadbalance webproxy, kita menggunakan chain output dengan
parameter out-interface yang bukan terhubung ke interface client.
Setelah custom chain untuk loadbalancing dibuat, kita bisa membuat
mangle di custom chain tersebut sebagai berikut
/ip firewall mangle add
action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local
new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=�awal loadbalancing
klien� add action=mark-connection chain=client-lb
dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/1 add
action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local
new-connection-mark=to-isp2 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/2 add action=return chain=client-lb comment=�akhir dari loadbalancing�
/ip firewall mangle add
action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local
new-connection-mark=con-from-isp1 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/0 comment=�awal load
balancing proxy� add action=mark-connection chain=lb-proxy
dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp1
passthrough=yes per-connection-classifier=both-addresses:3/1 add
action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local
new-connection-mark=con-from-isp2 passthrough=yes
per-connection-classifier=both-addresses:3/2 add action=return chain=lb-proxy comment=�akhir dari loadbalancing� |
Untuk
contoh diatas, pada loadbalancing client dan webproxy menggunakan
parameter pemisahan trafik pcc yang sama, yaitu both-address, sehingga
router akan mengingat-ingat berdasarkan src-address dan dst-address dari
sebuah koneksi. Karena trafik ISP kita yang berbeda (512kbps dan
256kbps), kita membagi beban trafiknya menjadi 3 bagian. 2 bagian
pertama akan melewati gateway ISP1, dan 1 bagian terakhir akan melewati
gateway ISP2. Jika masing-masing trafik dari client dan proxy sudah
ditandai, langkah berikutnya kita tinggal membuat mangle mark-route yang
akan digunakan dalam proses routing nantinya
/ip firewall mangle add
action=jump chain=prerouting comment=�marking route client�
connection-mark=!no-mark in-interface=wlan2 jump-target=route-client add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrough=no add action=return chain=route-client disabled=no
/ip firewall mangle add
action=mark-routing chain=output comment=�marking route proxy�
connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1
out-interface=!wlan2 passthrough=no add action=mark-routing
chain=output connection-mark=con-from-isp2
new-routing-mark=route-to-isp2 out-interface=!wlan2 passthrough=no |
Pengaturan RoutingPengaturan
mangle diatas tidak akan berguna jika anda belum membuat routing
berdasar mark-route yang sudah kita buat. Disini kita juga akan membuat
routing backup, sehingga apabila sebuah gateway terputus, maka semua
koneksi akan melewati gateway yang masing terhubung
/ip route add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=1 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=2 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=1 add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=2 |
PengujianDari hasil pengujian kami, didapatkan sebagai berikut
Dari gambar terlihat, bahwa hanya dengan melakukan 1
file download (1 koneksi), kita hanya mendapatkan speed 56kBps
(448kbps) karena pada saat itu melewati gateway ISP1, sedangkan jika
kita mendownload file (membuka koneksi baru) lagi pada web lain, akan
mendapatkan 30kBps (240kbps). Dari pengujian ini terlihat dapat
disimpulkan bahwa
512kbps + 256kbps ≠ 768kbps
------------------------------
Dafta Pustaka
http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=34